Gara-gara kemarin ngobrolin tentang momen lebaran paling berkesan, saya kok jadi terpikir tema tentang bagaimana menciptakan momen lebaran tak terlupakan di masa sekarang. Sebuah masa yang sangat berbeda dengan masa kecil.
Terutama soal kehadiran gadget di tengah-tengah kita. Mau tak mau kita memang nggak bisa mengelak dari benda tersebut. Sayangnya ada kalanya gadget menjadi jurang pemisah di saat lebaran tiba. Momen yang seharusnya penuh kehangatan, tak jarang ternodai karena gadget membuat beberapa orang asyik sendiri.
Apalagi sejak pandemi tiba, lebaran semakin terasa berbeda. Silaturahmi keluarga besar menjadi terkendala. Video call menjadi jalan keluar untuk menuntaskan rindu. Sayangnya terkadang bukannya kangen terobati, malah hati semakin terasa rindu bertemu. Lalu gimana ya cara menciptakan momen lebaran tak terlupakan di saat kondisi sama sekali berbeda seperti sekarang?
Contents
5 Cara Menciptakan Momen Lebaran Tak Terlupakan
Meski zaman telah berubah, kita masih tetap bisa kok menciptakan momen lebaran tak terlupakan. Tentu saja hal tersebut bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kultur keluarga masing-masing. Beberapa hal yang saya coba lakukan, walaupun belum sempurna, berikut ini:
1. Mengubah Budaya Angpau
Memang sih ya lebaran dan saling berbagi angpau tidak lagi bisa dilepaskan. Sayangnya seringkali angpau ini membentuk karakter anak dengan cara yang salah, jika orangtua tidak mengarahkannya dengan tepat.
Bahkan tak sedikit orangtua yang dengan atau tanpa sadar merayu anak-anaknya untuk menjadi peminta-minta. “Sana salim dulu sama eyang, biar dapat angpau.” Atau “Tuh tante X belum kasih angpau, minta sana.”
Salahkah hal seperti itu?
Eits, siapalah saya yang bisa menghakimi hal tersebut salah atau benar. Namun untuk saya pribadi terasa kurang etis. Rasa-rasanya kok anak diajarkan meminta sesuatu, sedang sebaik-baiknya orang adalah yang banyak memberi.
Tak sedikit pula anak-anak yang kemudian membanding-bandingkan tetangga yang satu dengan lainnya karena masalah angpau ini. “Nggak usah ke rumah itu, nggak ada angpaunya. Ke rumah yang besar itu aja, angpaunya banyak.”
Sungguh jika hal tersebut tak diluruskan oleh orangtua, anak-anak tak mampu memahami makna silaturahmi. Di dalam pikiran mereka, lebih untung berkunjung dan bersilaturahmi ke tetangga yang memberi angpau paling banyak. Padahal silaturahmi adalah menyambung tali persaudaraan, tidak melihat besar kecilnya angpau.
Di dalam keluarga pun tak sedikit anak-anak yang jadi membandingkan antara kerabat satu dan lainnya. Bermuka manis saat ada saudara yang memberikan angpau dalam jumlah besar. Bermuka masam dan datar saat ada saudara yang memberikan angpau dalam jumlah kecil. Bahkan kadang ada anak-anak yang hanya mau salim saat diberi angpau.
Sedih kan ya kalau melihat fenomena ini?
Menjadi PR tersendiri bagi orangtua betapa pentingnya mendampingi dan memberikan penjelasan angpau kepada anak-anak. Bahwa ketika ada yang memberi angpau, diterima silakan dan jangan lupa mengucapkan terima kasih atas pemberiaannya. Namun jikapun ada saudara atau tetangga yang tidak memberikan angpau, tak mengapa. Tak perlu juga meminta.
Kemudian mengajarkan anak untuk berbagi lebih banyak di hari lebaran. Mulai beberapa tahun lalu, saya mengubah konsep angpau dari uang menjadi buku. Buku yang diberikan saya sesuaikan karakter penerimanya. Saya akan meminta anak-anak yang menyerahkan buku-buku tersebut kepada penerimanya agar anak-anak tertanam untuk saling memberi, bukan hanya sekadar mendapatkan angpau.
2. Menyimpan Gadget Saat Silaturahmi
Nah, ini yang masih menjadi PR. Kebetulan di antara sepupu-sepupu anak saya sudah cukup besar sehingga tidak ada teman sebaya. Terkadang mereka pun merasa bosan dengan acara kumpul-kumpulnya orangtua. Kalau sudah bosan, biasanya akan cranky.
Dialihkan dengan kegiatan apapun tetap tak mempan. Kalau sudah begitu biasanya ujung-ujungnya anak-anak minta HP untuk mengalihkan kebosanan. Apalagi didukung dengan para eyang yang mengomentari, “Dah, biarin main HP aja daripada rewel.” Duh, makin di atas angin lah anak-anak kalau kerewelannya didukung seperti itu.
Biasanya untuk mengatasi hal ini, saya dan suami bergantian mengajak main anak-anak. Ya, resikonya tentu saja nggak bisa ikut nimbrung obrolan dengan lengkap. Tapi daripada anak-anak khusyuk dengan gadget, mending capek ngejar anak-anak deh.
3. Saling Berbagi Hantaran Lebaran
Saak jarak dan pandemi menjadi pemisah, hantaran lebaran bisa menjadi salah satu cara untuk menciptakan momen lebaran tak terlupakan. Apalagi sekarang ini hantaran lebaran tersedia dalam berbagai desain dan pilihan. Tak melulu berisi makanan. Bisa berupa logam mulia, pakaian, buku, alat masak dan sebagainya. Bisa menyesuaikan dengan kebutuhan dan karakter penerimanya.
4. Video Conference Keluarga Besar
Saat mudik tak lagi memungkinkan, maka satu-satunya cara untuk mengabadikan momen lebaran yaitu dengan video conference keluarga besar. Serunya adalah video conference dilakukan lintas generasi. Dari generasi yang memang sudah menggunakan gadget layaknya makanan sehari-hari, sampai generasi yang melakukan video call saja belum pernah. Di situlah muncul keseruan tiada tara.
5. Foto Bersama
Apapun makanannya, apapun acaranya, foto bersama jangan pernah dilewatkan. Satu foto bisa memiliki jutaan cerita. Hari ini mungkin belum terasa, tapi tahun-tahun yang akan datang, foto-foto yang tertangkap kamera tersebut akan menjadi bahan obrolan dan kenangan yang tak terlupakan.
Saya sendiri paling senang menikmati album foto saat lebaran yang telah lalu. Sambil mengenang cerita-cerita yang ada di balik foto-foto tersebut, senyum tergaris di bibir melihat pose-pose yang lucu dan wajah-wajah penuh keceriaan.
Begitulah 5 hal sederhana yang bisa dilakukan untuk menciptakan momen lebaran tak terlupakan. Bagaimana dengan sahabat, adakah yang satu server atau ada yang punya cara berbeda?